SetelahAs-Sayyid Alwi Al-Maliki wafat, putra beliau As-Sayyid Muhammad tampil sebagai penerus. Disamping mengajar di Masjidi Haram, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz Jeddah dan Universitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Cukup lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua Universiatas
Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani. Foto Istimewa - Al-Allamah al-Muhaddits Prof. Dr. as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani. Beliau wafatnya pada hari Jum’at, malam 15 Ramadhan di waktu sahur, wafat di saat beliau beristighfar di waktu Sahur, pada malamnya beliau tidak mengajar kitab-kitab namun banyak menceritakan perihal surga dan menyatakan hasratnya untuk bertemu dengan ayahnya, Sayyid Alawi al-Maliki. Beliau wafat hari Jumat 15 Ramadhan 1425 H bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004 M dan dimakamkan di pemakaman al-Ma’la di samping makam istri Rasulallah Saw. Khadijah binti Khuailid Ra. dengan meninggalkan 6 putra, Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al- Hasan dan al-Husein dan beberapa putri-putri yang tidak bisa disebut satu persatu di sini. Salah satu kebiasaan beliau dibulan Ramadhan setelah shalat Tarawih selalu membaca Manaqib Sayyidah Khadijah Al-Kubra dan beliau juga mengarang Kitab Manaqib Sayyidah Khadijah Al-Kubra dengan judul Al-Bushra Fi Manaqib Al-Sayyidah Khadijah Al-Kubra kabar gembira tentang biografi Sayyidah Khadijah wanita yang agung. Detik-detik Wafatnya Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Habib Hamid bin Zaid pernah menempuh pendidikan di Pesantren Darul Mustafa Hadramaut Yaman dan telah menikah dengan adik perempuan istri Sayyid Muhammad al-Maliki. Seminggu sebelum Ramadhan 1425 H, Habib Hamid menerima telepon dari Sayyid Muhammad al-Maliki di Mekah dan memintanya supaya datang ke Mekah untuk umrah dan menemuinya. Habib Hamid memenuhi undangan tersebut dan bersama istrinya segera mempersiapkan segala keperluan untuk keberangkatannya. Tiket dan visa sudah diurus oleh biro perjalanan yang ditunjuk Abuya panggilan hormat untuk Sayyid Muhammad al-Maliki. “Saya hanya mengurus paspor. Seluruh biaya juga ditanggung Abuya,” kata Habib Hamid. Hari kedua Ramadhan, Sayyid Muhamad al-Maliki kembali meneleponnya. Beliau meminta Habib Hamid untuk segera terbang ke Mekah. “Kamu harus cepat menyelesaikan urusanmu, segeralah terbang ke Mekah,” pinta Sayyid Muhammad al-Maliki terkesan agak cemas. Hari keempat Ramadhan, kembali beliau menelepon untuk memastikan Habib Hamid dan istrinya jadi berangkat. “Ketika itu Abuya bilang agar saya langsung saja terbang ke Madinah untuk berziarah ke Makam Rasulullah Saw. dan shalat di Masjid Nabawi. Sekali lagi, saat itu, beliau meminta agar secepatnya sampai di Mekah.” Tepat pada 5 Ramadhan 1425 H, Habib Hamid dan istri terbang menuju Madinah. Di bandar udara, dijemput oleh salah seorang murid Sayyid Muhammad al-Maliki dan membawanya ke hotel yang telah disediakan. Dua hari di Madinah, kemudian terbang ke Mekah. “Saya sampai di Mekah pada tanggal 8 Ramadhan dan langsung istirahat di hotel yang disediakan Abuya. Sorenya baru dijemput oleh Habib Isa bin Abdul Qadir, salah satu murid beliau untuk menemui orang yang paling saya kagumi, Sayyid Muhammad al-Maliki al-Hasani. Sungguh tegang dan jantung berdetak lebih keras dari biasanya.” Sore itu, seusai sholat Ashar, Abuya menerima Habib Hamid di ruang kerjanya. “Beliau memelukku, mengucap selamat datang dan bertanya kabar teman dan muridnya di Indonesia, seperti Habib Abdurrahman Assegaf Bukit Duri, Habib Abdullah al-Kaf Tegal, KH. Abdullah Faqih Langitan dan ulama lainnya. Saya jawab semua baik-baik saja. Setelah itu saya kembali ke hotel. Beliau pesan, agar nanti berbuka puasa bersama dengannya,” kenang Habib Hamid. Ketika saat berbuka puasa hampir tiba, utusan Sayyid Muhammad al-Maliki menjemput Habib Hamid.“Hamid, apa yang kau bawa dari Indonesia?,” tanya Abuya tiba-tiba, saat Habib Hamid masuk ke ruang kerjanya. “Saya membawa dodol durian kesukaan Abuya,” jawab Habib Hamid. Wajah Sayyid Muhammad al-Maliki tampak gembira sekali. Beliau langsung membagikan oleh-oleh itu kepada teman-teman dan muridnya yang ada di situ. Beliau juga langsung mencicipinya saat buka puasa tiba. “Ada titipan lagi buat saya?,” tanya Abuya lagi. “Ya, saya membawa buah mangga dan kelengkeng” Dahi Abuya berkerut. “Kelengkeng? Buah apa itu?,” tanya beliau. Habib Hamid menjelaskan buah kelengkeng dan meminta beliau mencobanya. “Abuya tampak suka sekali buah itu, dan memakannya sampai menjelang shalat Isya,” tutur Habib Hamid. Malam itu, tepat malam tanggal 9 Ramadhan 1425 H, Habib Hamid berkesempatan shalat Isya dan Tarawih berjamaah bersama Sayyid Muhammad al-Maliki. Saat itu ikut berjamaah beberapa ulama dari Turki, Mesir dan beberapa negara lain. Tiba-tiba Sayyid Muhamad al-Maliki memanggil Habib Hamid. “Hamid bin Zaid, kamu jadi imam Tarawih!” kata Sayyid Muhammad al-Maliki. Habib Hamid tidak merasa namanya yang dipanggil, sebab ia merasa tidak mungkin ditunjuk menjadi imam. Sementara di situ banyak ulama besar yang pasti lebih layak menjadi imam shalat Tarawih. Sekali lagi Sayyid Muhammad al-Maliki memanggil Habib Hamid.“Hamid bin Zaid, kamu yang akan menjadi imam.” “Sulit dipercaya, saya yang masih muda ini ditunjuk menjadi imam. Sementara di belakang saya ada Abuya dan ulama-ulama besar yang disegani. Sungguh, saya gemetar. Membaca surah al-Fatihah yang biasanya lancar di luar kepala pun, menjadi terasa sangat sulit. Alhamdulillah, saya mampu melewati ujian berat itu dengan baik, meskipun harus gemetaran.” Habib Hamid melanjutkan ceritanya. Selesai shalat Tarawih, Sayyid Muhammad al-Maliki membaca shalawat dan qasidah. “Menurut murid-muridnya, setiap Ramadhan, seusai shalat, beliau selalu membaca Qasidah Sayyidah Khadijah al-Kubra. Beliau juga sering berziarah ke makam istri pertama Nabi Saw. bersama keluarganya. Sebelum meninggalkan masjid, beliau memanggil dan menyuruh saya umrah malam itu juga.” “Sebelum saya berangkat umrah, Abuya sempat menanyakan keadaan Indonesia. Beliau ingin berkunjung ke Indonesia, bertemu dengan para ulama dan murid-muridnya. Tapi waktunya belum tepat, beliau bilang, kesibukan menulis buku dan pertemuan dengan para ulama Mekah, sangat menyita waktunya.” Pada 10 Ramadhan, kembali Abuya memanggil Habib Hamid untuk shalat Tarawih bersama dan untuk kedua kalinya menyuruhnya umrah.“Ajaklah istrimu untuk umrah dan kembalilah untuk shalat Shubuh berjamaah, pesan Abuya sebelum saya berangkat umrah. Saya pun berpamitan sambil meminta izin untuk pergi ke Jeddah, sekadar silaturrahim ke saudara-saudara istri saya. Abuya hanya memberi izin dengan isyarat tangan dan wajah menunduk. Saya merasa, beliau tidak ingin mengizinkan saya pergi, tapi juga tidak ingin mencegah. Saya akhirnya memutuskan untuk tidak pergi ke Jeddah.” Pagi hari tanggal 11 Ramadhan, Habib Hamid shalat Shubuh bersama bersama Sayyid Muhamad al-Maliki. Beliau terkejut saat saya berada di sampingnya. “Kamu tidak jadi pergi ke Jeddah?” tanyanya. “Tidak Abuya,” sahut Habib Hamid. “Bagus!” jawab Abuya sambil memeluknya. Malamnya, seperti hari sebelumnya, Habib Hamid berjamaah shalat Tarawih yang diakhiri dengan membaca qasidah Sayyidah Khadijah al-Kubra. Malam itu juga, Habib Hamid mendapat perintah Sayyid Muhammad al-Maliki untuk umrah yang ketiga kalinya. “Pada 12 Ramadhan, selesai shalat Isya, Abuya menyuruhku untuk umrah yang keempat kalinya. Katanya, itu adalah umrah terakhir atas perintahnya. Perasaan saya memang tak enak saat beliau mengatakan itu. Ah, mungkin beliau punya rencana lain untuk saya besok.” Rabu 13 Ramadhan, untuk kedua kalinya, Habib Hamid ditunjuk menjadi imam Tarawih oleh Sayyid Muhammad al-Maliki. Saat itu jamaahnya sekitar 200 orang, sebagian besar adalah tamu-tamu Abuya. “Malam itu, beliau merasa letih dan kakinya kesemutan.” Di luar kebiasaan pula, kali ini, Abuya tidak membaca sholawat dan qasidah. Beliau meminta murid-muridnya, Bilal, Burhan, Aqil al-Aththas dan satu murid asal Kenya, membacakan secara bergantian. Sayyid Muhammad al-Maliki kelihatan sangat lelah. Maklum terkadang selama hampir 24 jam terjaga. Tamunya tak pernah berhenti mengalir, dan di sela waktu luangnya, masih tekun menulis dan membaca buku. Perpustakaan di rumah tinggalnya sampai membutuhkan tiga lantai. Kamarnya juga penuh dengan buku. Selain itu, beliau juga suka berkebun, tanahnya luas. “Abuya juga punya kebun buah yang cukup luas.” Kata Habib Hamid. Akhirnya, Abuya Sayyid Muhammad al-Maliki masuk rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Menurut dokter, kondisinya cukup baik, hanya perlu istirahat di rumah sakit. Pada kamis 14 Ramadhan, istri dan keluarga beliau menjenguk. “Apa kabar Hamid bin Zaid, kamu betah di sini?” tanya Abuya ambil memandangku. Seperti biasanya, wajahnya kelihatan gembira, tidak seperti orang yang sedang sakit. “Kami tidak lama di rumah sakit, karena istri dan anak-anak Abuya akan berziarah ke Ma’la, ke makam Sayyidah Khodijah al-Kubra. Ziarah kali ini aneh. Biasanya istri Abuya tidak pernah turun dari mobil. Beliau membaca sholawat dan qasidah dari dalam mobil. Eh, hari itu beliau dan semua anggota keluarga bersama-sama membaca al-Fatihah di makam istri pertama Rasulullah Saw.” ungkap Habib Hamid. Malamnya, murid dan kerabat beliau berkumpul di rumah akit. Wajah beliau tidak berubah, tetap gembira, seperti tidak sedang sakit. “Sekitar jam dokter datang, dan mengatakan Abuya sudah sembuh. Kami semua memekik, Allahu Akbar!” Saat Bulan Purnama Tersaput Awan Di luar rumah sakit sesaat kemudian, Sayyid Muhammad al-Maliki meminta izin kepada dokter untuk menengok keluarga dan murid-muridnya. Tepat jam beliau keluar dari rumah sakit. Sebelum masuk ke mobil, Abuya menghadap ke langit selama dua menit. Bilal, salah satu muridnya bertanya “Ada apa, Abuya?” Abuya al-Maliki menjawab “Tidak ada apa-apa.” Saat itu, seharusnya bulan sedang purnama sangat indah, namun malam itu justru tertutup awan.“Sebelumnya dalam beberapa hari terakhir, beliau selalu meminta agar murid-muridnya melihat bulan, dan bertanya apakah bulan sudah kelihatan?” Dari rumah sakit, beliau tidak langsung ke rumah, tapi ke pondok pesantren, untuk menemui murid-murinya. Saat itu jam “Saya sendiri yang membukakan pintu gerbang. Setelah itu, datang Sayyid Abbas, adiknya, bersama keluarga yang lain. Kami bersama-sama membaca qasidah, lalu terlibat dalam obrolan yang sesekali diselingi dengan tertawa lebar,” cerita Habib Hamid sambil mengenang peristiwa penting itu. Pertemuan malam itu, katanya, diakhiri dengan sahur bersama. Sebelumnya, Abuya sempat bertemu kakaknya dan bikin perjanjian untuk berbuka puasa hanya dengan tiga buah kurma dan air zamzam. “Pas jam beliau meminta semuanya istirahat dan bersiap shalat Shubuh. Beliau sendiri masuk ke kamar kerjanya.” Di kamar itu, beliau ditemani Bilal dan Burhan. Tapi Bilal diminta keluar kamar. Saat itulah, Sayyid Muhammad al-Maliki tiba-tiba bertanya kepada Burhan. “Hai, Burhan. Aku sebaiknya istirahat di kursi atau di bumi maksudnya karpet?” “Terserah Abuya.” Sahut Burhan bingung, karena tidak tahu harus menjawab Abuya. Bagaimana mungkin seorang murid memutuskan sesuatu untuk gurunya? “Saya akan istirahat di bumi saja,” Kata Sayyid Muhammad al-Maliki. Beliau kemudian duduk menghadap kiblat dan bersandar. Sesaat, sempat mengambil buku dari tangan Burhan. Tapi kemudian, diletakkan di meja, lalu beliau menengadah menyebut,“Lailaaha illallah….” “Innalillahi wainna ilaihi raji’un...”hanya itu yang terucap dari mulut Burhan. Hari tepat tanggal 15 Ramadhan 1425 H atau 29 Oktober 2004, saat pagi mulai membuka kehidupan, Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki al-Hasani wafat. Jenazah almarhum langsung dibawa ke rumah sakit. Dokter menyuruh semua keluarga dan murid-murid beliau untuk pulang ke Pondok Pesantren. Tepat seusai shalat Shubuh, ambulan rumah sakit yang membawa jenazah Abuya, tiba di kediaman beliau. “Saya pingsan. Ya, sepertinya, pertemuan saya dengan beliau hanya untuk mengantarkan jenazahnya ke Ma’la, tempat beliau dimakamkan, dekat dengan makam Sayyidah Khadijah al-Kubra, yang qasidahnya dibaca setiap kali selesai shalat Tarawih.” Ilaa hadhrotinnabiyil musthofa rosulullah shollallohu alaihi wasallam, wa ila ruuhi sayyid muhammad bin alawi al-maliki qoddasallahu sirrohu wanawwaro dloriihahu, al-Fatihah... [ Disusun oleh Sya’roni As-Samfuriy pada 15 Ramadhan 1434 H, dari berbagai sumber, tayang di Pustaka Muhibbin.
SetelahAs-Sayyid Alwi Al-Maliki wafat, putra beliau As-Sayyid Muhammad tampil sebagai penerus. Disamping mengajar di Masjidi Haram, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin. Abuya As-Sayyid Muhammad Al-maliki dikenal sebagai guru, pengajar dan
Berita dukacita datang dari kota suci Mekkah. Sayid Muhammad Bin Alwi Bin Abbas Alhasani, wafat pada 15 Ramadhan 1425, bertepatan dengan tanggal 29 Oktober 2004. Meninggalnya ulama kelahiran Mekkah tahun 1943 1362H cukup mengejutkan warga kota Mekkah, khususnya para mukimin Indonesia yang tinggal di Kota Suci itu. Karena, ulama yang menjadi panutan para kyai di banyak negara ini, sebelum menghembuskan nafas terakhir masih menunaikan shalat subuh di kediamannya. Ketika jenazah Sayid Muhammad Al Maliki hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga kota Mekkah bergantian menggusung jenazahnya. Dikabarkan sejumlah warga Afrika banyak yang menangis dan histeris. Sementara toko-toko di sekitar Masjidul Haram yang dilewati jenazah mematikan lampu sebagai tanda almarhum di makamkan di pemakaman Ma'la di Mekkah, berdekatan dengan makam Sayidatina Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW. Harian Arab Saudi Okaz sengaja mengetengahkan tiga halaman suratkabarnya untuk memuat kegiatan, aktivitas, dan biografi Al Maliki, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di negara-negara Afrika, Mesir, dan Asia Tenggara. Ayahnya Sayid Alwi Al Maliki adalah guru dari pendiri NU, KH Hasyim Ashari. Dia juga pernah menjadi guru besar di Masjidil Haram pada 1930-an dan 40-an. Banyak ulama sepuh dari Nahdlatul Ulama NU yang menimba ilmu dari Sayid Alwi Al-Maliki. Sepeninggal Sayid Alwi, kiprahnya dilanjutkan oleh Sayid Muhammad Alwi juga pernah mengajar di Masjidil Haram, Makkah. Almarhum ayahnya ini dulu tinggal di Aziziah, yang tidak jauh dari Masjidil Haram. Di masjid yang dijadikan sebagai kiblat umat Islam ini, Sayid Alwi mengajar murid-muridnya yang datang dari berbagai negara, termasuk para jamaah dari Indonesia. Warga Betawi sendiri pada masa-masa itu, banyak mengirimkan anak-anak mereka belajar ke tanah Hejaz sebutan Kerajaan Arab Saudi kala itu.Ketika dua tahun lalu saya berkunjung di kediamannya di Rushaifah sekitar empat kilometer dari Masjidil Haram, terlihat ratusan muridnya yang berdiam di pesantren dan sekaligus kediamannya. Banyak diantara mereka yang berasal dari Indonesia. Di samping dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan sejumlah negara di Umum DPP PAN Amien Rais pernah berkunjung ke Sayid Muhammad Al-Maliki. Demikian pula Hamzah Haz saat masih menjabat sebagai wakil presiden. Banyak ulama Indonesia, saat melaksanakan ibadah haji dan umrah, selalu sowan ke rumah Al yang telah beberapa kali ke Indonesia dan murid-muridnya mempunyai banyak pesantren di pulau Jawa, Sulawesi dan Sumatera, punya perhatian khusus pada Indonesia. Seperti saat Hamzah Haz tahun lalu mengunjunginya, dihadapan para ulama Mekkah dan berbagai negara Islam, ia berdoa agar bangsa Indonesia dipersatuan Allah, dan tidak bercerai depan kediamannya, terdapat sebuah masjid cukup besar. Sementara di bagian dalam, terdapat sebuah lapangan yang biasa digunakan untuk menerima tamu dalam jumlah besar. Boleh dikata Al-Maliki tidak pernah sepi menerima banyak tamu tiap hari. Al-Maliki yang murah senyum dan berwajah tampan, ketika itu, tengah mengadakan pertemuan dengan sejumlah ulama, di antaranya dari Afrika dan Eropa. Pertemuan silaturahmi semacam ini hampir tiap malam pertemuan itu dibacakan maulid Nabi Muhammad SAW, yang boleh dikatakan jarang terjadi di Arab Saudi. Menurut keterangan, di antara murid-muridnya itu banyak para mukimin asal Indonesia yang telah menjadi warga Arab Saudi. Biasanya, setelah shalat Isya para tamu kemudian makan bersama berupa nasi kebuli. Satu nampan besar umumnya dihidangkan untuk 5 hingga 6 orang. Almarhum yang pada tahun 1970-an dan 1980-an kerap berkunjung ke Indonesia. Ia singgah di berbagai pesantren dan perguruan Islam di Indonesia. Ia juga pernah beberapa kali berkunjung ke Majelis Taklim Kwitang, Attahiriyah, dan henti belajar Sayid Muhammad Al Maliki memulai pendidikan di Masjidil Haram, tempat ayahnya pernah mengajar. Kemudian dilanjutkan di sekolah Tahfidil Quran. Masih dalam usia muda, Sayid yang tidak pernah bosan menempa ilmu itu kemudian berkeliling ke India dan Pakistan. Di sini ia belajar di kota Bombay, Hederabad, dan Karachi dari ulama di kota-kota kemudian melanjutkan pelajarannya di Universitas Al-Azhar Bidang Usuluddin dan mendapat gelar doktor. Dari Al-Azhar ia melanjutkan pendidikan ke Maroko dan beberapa negara Afrika Utara. Setelah ayahnya wafat, pada 1971 ia menjadi guru besar di Masjidil Haram. Sebelumnya menjadi dosen syariah di Universitas Makkah Mukarommah. Ia juga pernah dipilih sebagai ketua penelitian internasional dalam perlombaan MTQ pada pertengahan tahun Muhammad Al Maliki mendirikan tidak kurang 30 buah pesantren dan sekolah di Asia Tenggara. Karangannya mencapai puluhan kitab mengenai usuluddin, syariah, fikih dan sejarah Nabi Muhammad. Ia mendapat gelar profesor dari Universitas Al-Azhar pada tanggal 6 Mei 2000. Ratusan murid yang menampa pendidikan di pesantrennya, biaya makan dan pemondokan ditanggungnya, laias Habib Abdurahman A Basurrah, wakil sekjen Rabithah Alawiyah yang lama mukim di Arab Saudi, di Indonesia diantara murid-murid Al-Maliki banyak yang menjadi ulama terkenal dan pendiri dari berbagai pesantren. Murid-muridnya itu antara lain Habib Abdulkadir Alhadad, pengurus Al-Hawi di Condet, Jakarta Timur; Habib Hud Baqir Alatas pimpinan majelis taklim As-Shalafiah; Habib Saleh bin Muhammad Alhabsji; Habib Naqib Bin Syechbubakar yang memimpin majelis taklim di Bekasi; Novel Abdullah Alkaff yang membuka pesantren di Parangkuda, antara ulama Betawi lainnya yang pernah menimba ilmu di Makkah adalah KH Abdurahman Nawi, yang kini memiliki tiga buah madrasah/pesantren masing-masing di Tebet, Jakarta Timur, dan dua di Depok. Masih belasan pesantren dan madrasah di Indonesia yang pendirinya adalah alumni dari Al-Maliki. Seperti KH Ihya Ulumuddin yang memiliki pesantren di Batu, Malang. Demikian pula Pesantren Riyadul Solihin di Ketapang Probolinggo, dan Pondok Pesantren Genggong, juga di Probolinggo. alwi shahab BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini

Sejakkecil, ia telah diajari ilmu-ilmu keislaman dasar oleh ayahnya sendiri yang juga seorang ulama besar yaitu Sayyid Alawi ibn Abbas al-Maliki (w. 1391 H). Berkat didikan ayahnya tersebut, Sayyid Muhammad Alawi kecil telah mengkhatamkan Al-Qur'an di usia 7 tahun, serta hafal kitab al-Muwaththa' karya Imam Malik di usia 15 tahun.

Jakarta - Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki merupakan Ulama Timur Tengah yang cukup tenar di Nusantara. Bukan hanya karena kealimannya, namun juga karena menjadi Guru bagi banyak Ulama di Alawi Al-Maliki merupakan seorang Sayyid, keturunan mulia yang nasabnya bersambung secara langsung dengan Nabi Muhammad SAW melalui cucunya, Imam Al-Hasan bin Ali RA. Dia merupakan pewaris keluarga Al-Maliki Al-Hasani di Mekkah yang yang lahir di Mekkah Arab Saudi pada tahun 1944 Hijriah ini dikenal sebagai sosok guru yang rendah hati di kalangan muridnya. Konon dia enggan mempertentangkan pendapat ulama satu dengan ulama lain, meski memiliki keilmuan yang cukup tinggi di bidang, Aqidah, Tafsir, Hadits, Sirah hingga Ushul Fiqih. Dalam kehidupannya, beliau selalu sabar dengan semua pihak yang berlawanan dengannya. Setiap pendapat ulama yang bertentangan dengannya, diterima dengan sabar dan mengambil hikmah dari hal tersebut. Serta berusaha menjernihkan suatu masalah dengan kenyataan dan dalil-dalil yang jitu. Bukan dengan emosi dan pertikaian yang tidak bermutu dan berkesudahan. Sayyid Muhammad tahu persis bahwa kelemahan Islam terdapat pada pertikaian para ulamanya. Karena dia sadar bahwa hal tersebut merupakan celah untuk 'musuh Islam'. Dengan penuh keikhlasan, dia selalu menghormati orang - orang yang tidak sependapat dan sealiran mengajarkan Islam, baik di Masjidil Haram atau di kediaman pribadinya, Sayyid Muhammad tidak membatasi pengajaran kepada batasan ilmu tertentu. Akan tetapi semua pelajaran yang diberikannya bisa diterima semua masyarakat, baik masyarakat awam atau terpelajar, semua bisa menerima dan semua bisa mencicipi apa yang diberikan Sayyid Muhammad. Pengajiannya tersebut biasa digelar selepas Salat Maghrib sampai Isya setiap Muhammad Al-Maliki juga kabarnya pernah membuat rumah yang besar dan dapat menampung ratusan murid per hari. Kediamannya tersebut terletak di Hay al Rashifah, pinggiran kota Mina, Arab pula setiap bulan Ramadan dan hari raya, dia selalu menerima semua tamu dan muridnya dengan tangan terbuka tanpa memilih golongan atau derajat. Semua mendapat penghargaan yang sama dan dapat mencicipi ilmu referensi yang ada, di kediaman Sayyid Muhammad Al-Maliki itulah para ulama-ulama hebat lahir dan membawa panji Rasulullah ke berbagai pelosok dunia. Ribuan muridnya bukan hanya menjadi Kiai atau ulama melainkan juga masuk ke dalam itu, murid Sayyid Muhammad Al-Maliki yang jumlahnya begitu banyak, berdatangan dari seluruh penjuru dunia. Murid-muridnya belajar, makan, dan minum namun tidak dipungut biaya sepeser pun. Bahkan Sayyid Muhammad Al-Maliki memberikan beasiswa kepada para santri sebagai uang saku. Setelah ilmunya dianggap cukup selama belajar beberapa tahun, para murid dipulangkan ke negara masing masing untuk mensyiarkan ulama yang telah mendapat gemblengan dari Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, mereka pintar dan terpelajar. Di samping menguasai bahasa Arab, mereka menguasai ilmu-ilmu agama yang cukup dalam untuk dijadikan marja' dan referensi di negara-negara Sayyid Muhammad Al-Maliki yaitu ingin mengangkat derajat dan martabat kaum Muslimin. Serta mendidik manusia yang berperilaku baik dalam muamalatnya kepada Allah dan kepada sesama, terhormat dalam perbuatan, tindakan, pikiran dan perasaannya. Diantara Ulama di Indonesia yang didik oleh Sayyid Maliki yaitu KH Maimoen Zubair, KH Ubaidillah Faqih, KH Ali Imran, KH Thohir al-Kaf, Hahib Abdul Qadir al-Haddad, Habib Naqib Madura, KH Ali Karror, KH Muhaimin, Habib Muhammad al-Haddad, KH Ihya' Ulumuddin dan masih banyak lagi. Para Ulama ini terhimpun dalam organisasi bernama Hai’ah Asshofwah yang menghimpun para murid Sayyid Maliki. Wafatnya Sayyid Muhammad Alawi Al-MalikiUlama ahlussunnah wa al-jama'ah yang karismatik itu meninggal dunia di usia 60 tahun pada 10 Mei 2004. Kabarnya, dia meninggal saat azan Subuh baru saja berkumandang di saat matahari masih menggantung di ufuk duka tersebut bertepatan 15 Ramadan 1425 Hijriah, Syekh Muhammad bin Alawi Al-Maliki menghembuskan nafas informasi yang beredar, guru para ulama itu, meninggal dunia saat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Makkah. Saat kabar duka tersebut tersiar, kaum Muslimin setempat berbondong-bondong mendatangi kediamannya di pinggir kota Mina. Jumlah warga yang menghadiri prosesi pemakamannya diperkirakan tidak kurang dari satu juta orang. Mulai para pejabat, ulama internasional hingga murid-muridnya yang berasal dari berbagai hari lamanya pintu rumah almarhum terbuka. Hal itu agar tersedia waktu bagi ribuan orang yang hendak menyaksikan, untuk terakhir kalinya, wajah sang guru jenazah Sang Sayyid hendak dishalatkan di Masjidil Haram, ribuan warga Mekkah bergantian mengusung jenazahnya. Mereka melakukannya dengan menangis itu, toko-toko yang dilewati iring-iringan jenazah mematikan lampu sebagai tanda duka. Sampai di Masjidil Haram, lautan manusia mengikuti shalat jenazah. Setelah disalatkan, jasadnya dikebumikan di pemakaman Al-Ma’la. Letak kuburan Syekh Muhammad berada di samping makam Khadijah, istri Rasulullah diolah dari berbagai sumberjqf ijazahmbah kholil bangkalan dan sayyid muhammad bin alwi al maliki Orang2 soleh dan ulama zaman dulu tidak meninggalkan amalan dibawah ini .boleh dishare dan di amalkan semoga Istiqomah .😇🙏 Ts Beliau juga sering di sebut dengan julukan "Al-Muwaththa' berjalan", karena beliau hafal kitab al-Muwaththa' Imam Malik sejak umur 15 tahun. … Beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki al-Hasani. Beliau lahir di Mekkah pada tahun 1365 H. putra dari ulama besar yang mengajar di Masjidil Haram, Sayyid Alawi Abbas al-Maliki. Tidak di sangsikan lagi, beliau masih keturunan Rasulallah dan nasab beliau masih terkait dengan Sayyidina Hasan, cucu Rasulallah. Kecerdasan Sayyid Mahammad Alawi sudah ketara mulai masih kecil. Sudah dapat menghafal al-Qur'an ketika masih berusia 7 tahun dan sudah menghafal kitab hadits al-Muwaththa karya Imam Malik saat beliau berumur 15 tahun. Dan pada saat beliau berumur 25 tahun, beliau meraih gelar doktor ilmu hadits dengan predikat mumtaz excellent di bawah bimbingan ulama besar Mesir, Prof. Dr. Muhammad Abu Zahrah. Rihlah ilmiyyah beliau cukup panjang dan luas di bawah bimbingan ulama-ulama shalihin yang amilin. Usia ke-26, beliau di kukuhkan sebagai guru besar ilmu hadits pada Universitas Ummul Qura, Makkah, Arab Saudi. Dan pada tanggal 2 Shafar 1421/ 6 Mei 2000 beliau di anugrahi gelar ustadziyyah atau professor dari Universitas al-Azhar asy-Syarif Kairo Mesir. Dan ini semua adalah prestasi luar biasa dan kebanggaan bagi pendudukk Kerajaan Arab Saudi, yang memang layak di capai putra ulama besar se keliber Sayyid Alawi al-Maliki. Pada tahun 1974, setahun setelah ayahandanya wafat, Sayyid Muhammad Alawi membuka pesantrennya di Utaibiyyah bersama dengan adik kandungnya, Sayyid Abbas. Namun pesantren tersebut akhirnya di pindah ke kawasan yang lebih luas tapi agak jauh dari Masjidil Haram, di pinggiran selatan kota Makkah di daerah Rusyaifah, yang kemudian di beri nama jalan al-Maliki. . Sebagai ulama besar, perjalanan hidupnya juga di penuhi onak dan duri ujian hidup seperti jejak ulama-ulama shalih pendahulunya. Pada tahun 80-an terjadi perselisihan antara beliau dengan beberapa ulama Wahhabi yang di sokong oleh Kerajaan Arab Saudi. Beliau di tuduh sesat, penyebar bid'ah dan khurafat. Beliau kemudian di kucilkan, hingga pernah mengungsi ke Madinah selama bulan Ramadhan. . Perselisihan tersebut semakin meruncing, namun akhirnya berhasil di cari jalan tengah dengan melakukan dialog atas rekomendasi atau saran dari Mufti Wahhabi yang kebetulan berseberangan pemikiran dan sangat membenci Sayyid Muhammad Alawi, yaitu Syaikh Abdul Aziz bin Baz . Dalam dialognya, Sayyid Muhammad Alawi beradu argumen dengan kuat saat berhadapan dengan ulama mantan Hakim Agung Arab Saudi, Syaikh Abdullah bin Mani'. . Dalam dialog atau perdebatan dengan ulama Wahhabi yang di tayangkan TV setempat DIMENANGKAN oleh Sayyid Muhammad Alawi dan beliau kian mendapat simpati. Konon, diam-diam keluarga Kerajaan Arab Saudi pun sebenarnya berpihak pada Sayyid Muhammad Alawi, namun takut jika di ketahui mayoritas penganut Wahhabi. Syaikh Abdullah bin Mani' kemudian menerbitkan catatan dialognya dalam bentuk kitab yang di beri judul Hiwar Ma'a al-Maliki Liraddi Munkaratihi wa Dhalalatihi Dialog dengan al-Maliki untuk menolak kemungkaran dan kesesatannya, sebuah kitab yang sekarang di 'gandrungi' dan di jadikan referensi penganut Wahhabi di Indonesia untuk mencabik-cabik Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki dan pengiku-pengikutnya, terutama dari keluarga Pondok Pesantren Wahhabi, Al-Furqon, Sedayu Gresik Jatim. . Sayyid Muhammad kemudian juga menerbitkan kitab terkenalnya, Mafahim Yajibu an Tushahhah Faham-Faham Yang Harus Di Luruskan. Kitab beliau ini mendapat sambuatan dan pengakuan luar biasa dari ulama-ulama besar di seluruh pelosok penjuru dunia. Lebih dari 40 ulama besar dunia ikut memberikan kata sambutan pada kitab tersebut. Selain dari pada itu, ulama-ulama Mesir, Tunisia, Kuwait dan sebagainya telah membuat pembelaan terhadap Sayyid Muhammad baik dengan tulisan maupun lisan. Kitab populer tersebut kemudian menjadi andalan segenap pengikut Ahlussunnah dalam mempertahankan pluralitas aliran di Tanah Suci Mekkah. . Namun ulama Wahhabi ternyata tidak berhenti begitu saja. Setelah Sayyid Muhammad Alawi menerbitkan kitabnya, Mafahim, ulama Wahhabi lain yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama Arab Saudi, Syaikh Shalih bin Abdul Aziz alu Syaikh menulis kitab yang menghantam pemikiran Sayyid Muhammad Alawi tersebut dengan judul Hadzihi Mafahimuna Ini adalah Faham-Faham Kami. Kitab ini juga menjadi referensi utama kelompok Wahhabi di Indonesia. Di Pondok Pesantren Wahhabi al-Furqan Sedayu Gresik, di terbitkan buku yang tidak selayaknya di tulis dengan judul Mengenal Lebih Dekat 'Syaikh'nya Nahdhatul Ulama, sebuah buku yang mengkritik dan menjelek-jelekkan keturunan Rasulallah Saw, yaitu Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki dan sangat melukai hati warga Nahdhiyyin. Kemudian, sebagai ulama yang ikhlas dan selalu berharap ridha dari Allah, Sayyid Muhammad Alawi pun mengajak kembali berdialog untuk mempersatukan persepsi dan pemahaman, namun ajakan tersebut tak tersambut. Hanya selang 10 tahun berikutnya, di laksanakan dialog Nasional ke-2 di Makkah Mukarramah tepat pada tanggal 5-9 Dzul Qa'dah 1424 H. yang di prakarsai oleh Amir Abdullah bin Abdul Aziz. Dialog tersebut di adakan untuk mencari solusi tepat pasca terjadinya serangan pengeboman oleh kelompok teroris di Riyadh yang di sinyalir akibat dari buah melegalkan ektrimisme takfir dari kelompok-kelompok yang menisbatkan dirinya Salafiyyah. Meski di anggap terlambat oleh Sayyid Muhammad Alawi, namun beliau tetap menyambut gembira ajakan di alog tersebut. . Prilaku dzalim lain yang dialami Sayyid Muhammad Alawi adalah beliau pernah di keluarkan dari mengajar di Masjidil Haram oleh kelompok-kelompok Wahhabi. Namun semua itu di hadapi dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Dan setelah di keluarkan dari mengajar di Masjidil Haram tersebut, beliau mengajar di kediaman beliau di jalan Alawi, Rushaifah, Makkah. Selain beliau adalah ulama panutan segenap muslimin ahlussunnah wal jama'ah, beliau juga aktif di bidang dakwah yang di gelar Rabithah Alam al-Islami Liga Dunia Islam dan Muktamar Alam Islami Organisasi Konferensi Islam atau OKI. Beliau juga termasuk salah satu ulama Islam yang aktif dan produktif dalam hal menulis kitab dalam berbagai tema, baik yang bermuatan da'wah, hadits, nasehat, sirah Nabawiyyah dan lain-lain. Berikut adalah daftar kitab-kitab yang di tulis oleh beliau 1. Al-Dzakhair al-Muhammadiyyah 2. Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar 3. Fadl al-Muwaththa' wa 'inayah al-Ummah al-Islamiyyah bih 4. Al-Insan al-Kamil 5. Al-Manhal al-Lathif fi Mushthalah al-Hadits 6. Al-Qawaid al-Asasiyyah fi Mushthalah al-Hadits 7. Al-Qawaid al-Asasiyyah fi Ulum al-Qur'an 8. Al-Hajj 9. Al-Muslimun Baina al-Waqi' wa al-Tajribah 10. Al-Musytasyriqun Baina al-Inshaf wa al-'Ashabiyyah 11. Wahuwa fi al Ufuq al-A'la 12. Al-Anwar al-Bahiyyah 13. Nidham al-Usrah 14. Labaik Allahumma Labaik 15. Haula Khashaish al-Qur'an 16. Zubdah al-Itqan fi Ulum al-Qur'an 17. Qul Hadzihi Sabili 18. Fi Sabili al-Hadyi wa Rasyad 19. Fi Rihabi Bait al-Haram 20. Kasyf al-Ghummah 21. Al-Qudwah al-Hasanah 22. Mafhum at-Thathawwur wa at-Tajdid fi as-Syari'ah al-Islamiyyah 23. Haula al-Ihtifal bi al-Maulid an-Nabawi 24. Al-Ziarah an-Nabawiyyah 25. Khashaish al-Ummah al-Muhammadiyyah 26. At-Tahdzir min al-Mujazafah bi at-Takfir 27. Adzkar Nabawiyyah wa Ad'iyyah Salafiyyah. 28. Al-Hushun al-Mani'ah 29. Dzakariyyat wa Munasabat 30. Ad-Da'wah al-Ishlahiyyah 31. Tarikh al-Hawadits wa al-Ahwal an-Nabawiyyah 32. Mukhtashar Sirah ar-Rasul 33. Syari'ah Allah al-Khalidah 34. Syarah Mandlumah al-Waraqat fi Ushul al-Fiqh 35. Fath al-Qarib al-Mujib 'ala Tahdzib at-Targhib wa at-Tarhib 36. Ma La 'Ainun Ra'at 37. Anwar al-Masalik 38. Waqi'iyyat at-Tarbiyah al-Islamiyyah 39. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah 40. Al-Muwaththa' bi Riwayat Ibn al-Qasim 41. Mafahim Yajib an Tushahhah 42. At-Thali' as-Sa'id 43. Huwa Allah 44. Abwab al-Faraj 45. Manhaj as-Salaf fi Fahm an-Nushush 46. Al-Ghuluw makalah pada debat Nasional ke-2 di Makkah Mukarramah Banyak orang yang menyebut Sayyid Muhammad Alawi sebagai al-allamah seorang yang sangat mengetahui ilmu agama atau ulama besar. Bahkan, Syaikh Muhammad Sulaiman Faraj, seorang ulama Makkah, menyebutnya al-arif billah wali. Beliau juga sering di sebut dengan julukan 'Al-Muwaththa' berjalan' kerena beliau hafal kitab al-Muwaththa' Imam Malik sejak umur 15 tahun. Akhlak beliau juga patut di tiru oleh segenap muslimin. Di tengah derasnya cacian, hinaan, pengkafiran, hujatan dan pensesatan dari ulama Wahhabi dan pengikutnya, beliau dengan tetap sabar dan tegar menerimanya, bahkan tak satupun kata beliau menghina balik terhadap musuh-musuhnya yang amat kejam dan tidak bertata krama Islam sama sekali, baik lewat lisan atau tulisan. Lihatlah kitab Mafahim Yajibu an Tushahah yang dengan hati ikhlas dan mengharap ridha dari Allah, beliau dengan santun dan tak satupun mencantumkan tulisan yang berbau menghina seseorang. Bahkan dalam mukaddimahnya, beliau menulis "Kami berlindung kepada Allah dari apabila kami termasuk dari orang-orang yang belajar ilmu karena tujuan beredebat dengan sombong atau mujadalah, sebagaimana sabda Rasulallah Saw. "Barang siapa mencari ilmu yang ilmunya akan di gunakan untuk mendebat orang-orang bodoh dengan sombong atau menyombongi ulama atau supaya orang-orang datang berduyun-duyun kepadanya, niscaya Allah akan memasukkan dia ke neraka" HR. at-Tirmidzi dan lain-lain. Dan kitabku ini sama dengan kitab-kitab lain yang menerima untuk di perbaiki dan di murajaah kembali. Dan aku –dengan anugrah dari Allah– mengakui hal itu di setiap karya-karyaku yang sudah aku tulis. Dan aku juga menulis di setiap akhir tulisan kitabku sungguh aku memohon taufiq dan kebenaran dari Allah dalam setiap yang aku tulis. Apabila isinya benar, maka itu semata-mata dari Allah, dan jika salah, maka itu dari aku pribadi dan ijtihadku. Dan aku berharap dari setiap orang yang melihat tulisanku untuk memberikan petunjuk irsyad dan menunjukkan kesalahan-kesalahku" Sungguh sebuah sikap tawadhu', inshaf dan penuh keikhlasan yang di tunjukkan ulama besar panutan Islam. Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki. Semoga Allah meridhainya! Beliau wafat tepat pada hari Jum'at yang barakah, tanggal 15 Ramadhan 1425 H. dan di makamkan di Jannataul Ma'la dekat dengan makam Sayyidah Khadijah al-Kubra, istri Rasulallah. . Dan alhamdulillah, sebelum beliau wafat, Allah telah memperlihatkan kejayaan dakwah dan tarbiyah beliau dengan lunturnya sedikit demi sedikit faham ekstrim Wahhabi dan beliau mendapat pengakuan yang selayaknya dari Kerajaan Saudi. .
Abuyaprof. Dr. Sayyid Muhammad sebagai seorang terkenal sebagai ulama multi disiplin ilmu keislaman. Beliau tidak saja Hafidz Al-Qur'an, namun faqih, ushuli, muarrikh, muhaddits, penyair, dan musnid. Secara nasab beliau adalah ahlu bait. Rantai keilmuan beliau pun bersambung kepada datuknya, Nabi Muhammad saw.
Daftar Karangan Kitab Karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki - As-Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki Al-Hasani atau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Sayyid Maliki atau Abuya Maliki adalah seorang ulama besar berakidah ahlussunnah waljamaah asal Arab Saudi. Beliau lahir pada tahun 1365H dan wafat pada 15 Ramadhan 1425 dalam keadaan berpuasa. dari segi nasab beliau sangat mulia karena bersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Beliau Sayyid Maliki adalah ulama besar zaman ini dengan kecerdasan tinggi dan memiliki keluasan ilmu di berbagai bidang agama. dia telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menuntut ilmu dari berbagai ulama dan universitas salah satunya adalah universitas Al-Azhar Mesir. gelar profesornya menjadi bukti bagaimana Sayyid Maliki memang sangat ahli dalam bidang agama. Disiplin ilmu yang tinggi dibuktikan dengan hasil karya tulis beliau dalam bentuk buku dan kitab yang membahas hampir semua aspek dan bidang dalam agama. jumlah kitab karangan Sayyid Maliki sangat banyak jumlahnya dan telah tersebar di seluruh penjuru dunia serta telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk indonesia. Baca Juga Surat Al Mulk Diantara kitab-kitab yang telah beliau karang merupakan kitab-kitab yang di dalamnya berkaitan dengan bidang hadits, musthalah hadits, tarikh/sirah, ushul fiqih, fiqih, ulumul qur'an, tafsir, aqidah, dan masih banyak lagi kitab-kitab lainnya yang belum sempat dipublikasikan. total karya dan karangan kitab Sayyid Maliki mencapai ratusan jumlahnya. Hal ini bukan sesuatu yang mengherangkan untuk seorang ulama yang menguasai banyak disiplin keilmuan seperti beliau. Nah, dibawah ini kami infokan daftar kumpulan karangan kitab karya Sayyid Muhammad Al Maliki lengkap. so berikut ini judul dan nama nama kitab/buku karya beliau . . . Daftar Karangan Kitab Karya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Karangan Sayyid Maliki Dalam Bidang Aqidah - Mafahim Yajib an Tusahhah - Manhaj al-Salaf fi Fahm al-Nusus - Al-Tahzir min al-Takfir - Huwa Allah - Qul Hazihi Sabeeli - Sharh Aqidat al-Awam Karya Sayyid Maliki Dalam Bidang Tafsir - Zubdat al-Itqan fi Ulum al-Qur’an - Wa Huwa bi al-Ufuq al-A’la - Al-Qawaid al-Asasiyyah fi Ulum al-Quran - Hawl Khasa’is al-Quran Karangan Sayyid Muhammad Dalam Bidang Hadits - Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif - Al-Qawaid al-Asasiyyah fi Ilm Mustalah al-Hadith - Fadl al-Muwatta wa Inayat al-Ummah al-Islamiyyah bihi - Anwar al-Masalik fi al-Muqaranah bayn Riwayat al-Muwatta lil-Imam Malik Karya Sayyid Muhammad Almaliki Dalam Bidang Sirah - MuhammadSall Allahu Alayhi Wa Sallam al-Insan al-Kamil - Tarikh al-Hawadith wa al-Ahwal al-Nabawiyyah - Urf al-T arif bi al-Mawlid al-Sharif - Al-Anwar al-Bahiyyah fi Isra wa M’iraj Khayr al-Bariyyah - Al-Zakha’ir al-Muhammadiyyah - Zikriyat wa Munasabat - Al-Bushra fi Manaqib al-Sayyidah Khadijah al-Kubra Karya Sayyid Maliki Dalam Bidang Ushul - Al-Qawaid al-Asasiyyah fi Usul al-Fiqh - Sharh Manzumat al-Waraqat fi Usul al-Fiqh - Mafhum al-Tatawwur wa al-Tajdid fi al-Shariah al-Islamiyyah Karangan Sayyid Muhammad Maliki Dalam Bidang Fiqh - Al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khuluduha wa Alamiyyatuha - Labbayk Allahumma Labbayk - Al-Ziyarah al-Nabawiyyah bayn al-Shariyyah wa al-Bidiyyah - Shifa’ al-Fu’ad bi Ziyarat Khayr al-Ibad - Hawl al-Ihtifal bi Zikra al-Mawlid al-Nabawi al-Sharif - Al-Madh al-Nabawi bayn al-Ghuluww wa al-Ijhaf Karangan Sayyid Muhammad bin Alwi Maliki Dalam Bidang Tasawwuf - Shawariq al-Anwar min Adiyat al-Sadah al-Akhyar - Abwab al-Faraj - Al-Mukhtar min Kalam al-Akhyar - Al-Husun al-Maniah - Mukhtasar Shawariq al-Anwar Karya Lainnya - Fi Rihab al-Bayt al-Haram Sejarah Makkah - Al-Mustashriqun Bayn al-Insaf wa al-'Asabiyyah Kajian Berkaitan Orientalis - Nazrat al-Islam ila al-Riyadah Sukan dalam Islam - Al-Qudwah al-Hasanah fi Manhaj al-Da'wah ila Allah Teknik Dawah - Ma La 'Aynun Ra'at Butiran Syurga - Nizam al-Usrah fi al-Islam Peraturan Keluarga Islam - Al-Muslimun Bayn al-Waqi' wa al-Tajribah Muslimun, Antara Realiti dan Pengalaman - Kashf al-Ghumma Ganjaran Membantu Muslimin - Al-Dawah al-Islahiyyah Dakwah Pembaharuan - Fi Sabil al-Huda wa al-Rashad Koleksi Ucapan - Sharaf al-Ummah al-Islamiyyah Kemulian Ummah Islamiyyah - Usul al-Tarbiyah al-Nabawiyyah Metodologi Pendidikan Nabawi - Nur al-Nibras fi Asanid al-Jadd al-Sayyid Abbas Kumpulan Ijazah Datuk dia, As-Sayyid Abbas - Al-'Uqud al-Lu'luiyyah fi al-Asanid al-Alawiyyah Kumpulan Ijazah Bapa dia, As-Sayyid Alawi - Al-Tali' al-Sa'id al-Muntakhab min al-Musalsalat wa al-Asanid Kumpulan Ijazah - Al-'Iqd al-Farid al-Mukhtasar min al-Athbah wa al-Asanid Kumpulan Ijazah Sekian dari kami mengenai kumpulan kitab karya Sayyid Muhammad Al-Maliki. daftar nama kitab diatas hanyalah sebagian saja dari banyak karangan Sayyid Maliki yang lainnya. semoga ALLAH SWT merahmati beliau atas segala jasa jasa besarnya kepada umat islam. Amiin. SetelahAs-Sayyid Alwi Al-Maliki wafat, putra beliau As-Sayyid Muhammad tampil sebagai penerus. Disamping mengajar di Masjidi Haram, beliau diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz- Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah bagian ilmu Hadith dan Usuluddin.
NWDI Online. Com - Abuya As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alawi Al-Maliki Al-Hasani lahir di kota Makkah tahun 1365 H / 1945 M. Pendidikan pertamanya adalah Madrasah Al-Falah Makkah, dimana ayah beliau As-Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki Al-Hasani sebagai guru agama di sekolah tersebut yang juga merangkap sebagai pengajar di Halaqoh Masjidil Haram Makkah yang tempatnya sangat masyhur dekat As-Sayyid Alawi Al-Maliki wafat, putera beliau Abuya As-Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani tampil sebagai penerus. Disamping mengajar di Masjidil Haram, beliau juga diangkat sebagai dosen di Universitas King Abdul Aziz Jeddah dan Univesitas Ummul Qura Makkah mata kuliah Ilmu Hadits dan lama beliau menjalankan tugasnya sebagai dosen di dua universitas tersebut, sampai beliau memutuskan mengundurkan diri dan memilih mengajar di Masjidil Haram sambil membuka Majlis Ta’lim di kediaman beliau kawasan Utaibiyyah Makkah. Tak berapa lama, tempat kediaman beliau pindah ke kawasan Rushoifah As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alawi Al-Maliki Al-Hasani lebih suka dipanggil oleh semua santrinya dengan sebutan 'Abuya' daripada dengan sebutan yang lain. Penggilan Abuya ini bertujuan agar hubungan antara guru dan murid tidak sekedar hubungan dhohir tapi juga hubungan batin, seperti hubungan orang tua dengan anaknya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam kitab المنهج السوي Karangan Alhabib Zen bin Ibrohim bin Smithآبَاؤُكَ ثَلاَثَةٌ أَبُوْكَ الَّذِى وَلَدَكَ, وَالَّذِى زَوَّجَكَ ابْنَتَهُ, وَالَّذِى عَلَّمَكَ وَهُوَ أَفْضَلُهُمْ"Bapakmu ada tiga. Pertama Bapak yang dengannya kamu lahir ke dunia. Kedua Bapak yang telah menikahkan anaknya dengan kamu. Ketiga Bapak yang telah mendidik dan memberimu ilmu, dan dia yang paling utama diantara yang lain."Nasab AbuyaNasab Abuya bersambung hingga kepada Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam dari jalur Sayyidina Hasan bin Ali Karamallahu wajhah. Oleh karena itu, dalam penyebutan nama beliau disematkan nisbat al-Hasani. Mereka adalah anak cucu Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam, wajib untuk kita muliakan, sebagaimana disebutkan dalam kitab Maulid Ad-Daiba'iy,أَهْلُ بَيْتِ الْمُصْطَفَى الطُّهُرِهُمْ أَمَانُ اْلأَرْضِ فَالذَّكِرِ"Mereka para Ahlul Bait Nabi adalah manusia suci. Dan ingatlah bahwa mereka adalah para penjaga bumi."Madzhab AbuyaAbuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani bermadzhab Imam Malik. Meski demikian, Abuya tidak menyuruh para santrinya untuk mengikutinya Mazhab Imam Malik, kecuali hanya beberapa orang saja, bahkan Abuya sengaja memanggil beberapa Ulama' yang bermadzab Imam Syafi'i untuk mengajari Fikih Madzhab Imam Syafi' AbuyaAbuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani sangat tidak suka dengan orang yang fanatik terhadap salah satu aliran atau kelompok. Sebagaimana Abuya juga tidak suka dengan kekerasan dan orang yang keras. Sebagaimana dawuh beliau,أَكْرَهُ التَّعَصُّبَ وَالْمُتَعَصِّبِيْنَ, وَالتَّشَدُّدَ وَالْمُتَشَدِّدِيْنMetode Tarbiyah AbuyaMetode Tarbiyah Abuya As-Sayyid Muhammad bin Assayyid Alawi Al-Maliki Al-Hasani di dalam mendidik santri-santrinya tercermin dalam beberapa Kalam Hikmah beliau, antara lainAbuya Lebih Mengutamakan Akhlak daripada أُعَلِّمُ الأَخْلاَقَ وَ الْمُرُوْؤَةَ قَبْلَ الْعِلْمِ وَ الْكِتَابِ"Aku mendahulukan mengajarkan akhlak dan Muru'ah, sebelum mengajarkan ilmu dan kitab."Abuya Lebih Mengutamakan Khidmah daripada الْخُدُوْمُ اَحْسَنُ عِنْدِي مِنَ الطَّالِبِ الْمُجْتَهِدِ"Santri pengkhidmah lebih baik bagiku daripada santri yang giat belajar."Karya AbuyaAbuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani termasuk Ulama' produktif yang banyak menghasilkan karya berupa kitab-kitab pedoman Ahlussunnah Waljamaah. Karya-karya Abuya lebih dari 100 kitab, baik yang sudah dicetak ataupun yang masih berupa 'Makhtuthat' manuskrip. Diantara karya Abuya yang sangat masyhur adalah kitab yang berjudul,مَفَاهِيْمُ يَجِبُ أَنْ تُصَحَّحْ"Faham-Faham Yang Harus Diluruskan"Amanah AbuyaPada bulan Syawal 1423 H. atau bertepatan dengan Desember 2002 M., Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani berkunjung ke Malaysia. Dalam kunjungan tersebut, Abuya memberikan amanah kepada murid paling senior, yaitu KH. Muhammad Ihya’ Ulumiddin agar membuat wadah bagi para ini merupakan usulan pendapat dari Abuya As-Sayyid Ahmad putera beliau. Alhamdulillah, pada hari Rabu tanggal 2 Muharrom 1424 H atau bertepatan dengan 5 Maret 2003 M sebanyak 25 murid beliau berkumpul di kediaman KH. Muhyiddin Nor Pondok Pesantren Darussalam Tambak Madu santri Abuya yang hadir sepakat untuk mewujudkan amanah beliau dalam berdakwah secara berjamaah. Wadah tersebut kemudian dengan diberi nama Hai’ah Ash-Shofwah. Dan pada acara tahunan Musyawarah Nasional Mukernas ke VIII Tahun 2014, diputuskan agar nama organisasi ini ditambah menjadi Hai'ah Ash-Shofwah al-Malikiyah. Hal ini untuk menghindari kerancuan dengan sebuah organisasi yang bernama Yayasan Ash Shofwah yang berpusat di ini kantor pusat Hai'ah Hai'ah Ash-Shofwah al-Malikiyah berada di Jln. Gayungsari Surabaya, sebelah timur Masjid Al-Akbar Surabaya. Organisasi para Alumni Abuya Al Maliki ini sudah memiliki 21 kantor cabang Niqobah di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota yang sudah terdata kurang lebih 900 para habaib dan AbuyaDiantara sekian banyak karomah Abuya As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alawi Al-Maliki Al-Hasani yang tidak bisa dipungkiri siapapun, adalah doa dan permohonan Abuya kepada Allah,أَتَمَنَّى مِنَ اللهِ اَنْ يَقْبِضَ رُوْحِيْ بَيْنَ طُلاَّبِيْ وَ كُتُبِيْ وَ اَنَا صَائِمٌ"Saya memohon kepada Allah agar ruhku dicabut ketika saya berada di tengah santri-santri dan kitab-kitabku, dan saya dalam keadaan berpuasa."Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani wafat hari jumat tanggal 15 Romadhon 1425 H. atau 30 Oktober 2004 M. Beliau wafat di kamar beliau yang penuh dengan kitab-kitab dan ditunggui oleh para santri kita sebagai santri dan pecinta Abuya Al-Maliki selalu mendapat barokah dan Madad Abuya Al-Maliki. Alfatihah....اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
AfcDy.
  • qqevkc1ely.pages.dev/345
  • qqevkc1ely.pages.dev/111
  • qqevkc1ely.pages.dev/109
  • qqevkc1ely.pages.dev/200
  • qqevkc1ely.pages.dev/336
  • qqevkc1ely.pages.dev/163
  • qqevkc1ely.pages.dev/320
  • qqevkc1ely.pages.dev/223
  • qqevkc1ely.pages.dev/217
  • putra sayyid muhammad al maliki